A. Arti Definisi / Pengertian Tayamum
Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya seharusnya
menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau debu
yang bersih. Yang boleh dijadikan alat tayamum adalah tanah suci yang
ada debunya. Dilarang bertayamum dengan tanah berlumpur, bernajis atau
berbingkah. Pasir halus, pecahan batu halus boleh dijadikan alat
melakukan tayamum.
Orang yang melakukan tayamum lalu shalat, apabila air sudah tersedia
maka ia tidak wajib mengulang sholatnya. Namun untuk menghilangkan
hadas, harus tetap mengutamakan air daripada tayamum yang wajib hukumnya
bila sudah tersedia. Tayamum untuk hadas hanya bersifat sementara dan
darurat hingga air sudah ada.
Tayamum yang telah dilakukan bisa batal apabila ada air dengan alasan
tidak ada air atau bisa menggunakan air dengan alasan tidak dapat
menggunakan air tetapi tetap melakukan tayamum serta sebab musabab lain
seperti yang membatalkan wudu dengan air.
B. Sebab / Alasan Melakukan Tayamum :
- Dalam perjalanan jauh
- Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit
- Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan
- Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan
- Air yang ada hanya untuk minum
- Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat
- Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
- Sakit dan tidak boleh terkena air
C. Syarat Sah Tayamum :
- Telah masuk waktu salat
- Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
- Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum
- Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu
- Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan
- Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh
D. Sunah / Sunat Ketika Melaksanakan Tayamum :
- Membaca basmalah
- Menghadap ke arah kiblat
- Membaca doa ketika selesai tayamum
- Medulukan kanan dari pada kiri
- Meniup debu yang ada di telapak tangan
- Menggodok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku
E. Rukun Tayamum :
- Niat Tayamum.
- Menyapu muka dengan debu atau tanah.
- Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga ke siku.
F. Tata Cara / Praktek Tayamum :
- Membaca basmalah
- Renggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.
- Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu
yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
- Niat tayamum : Nawaytuttayammuma listibaa hatishhalaati fardhollillahi
ta'aala (Saya niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan shalat karena
Allah Ta'ala).
- Mengusap telapak tangan ke muka secara merata
- Bersihkan debu yang tersisa di telapak tangan
- Ambil debu lagi dengan merenggangkan jari-jemari, tempelkan ke debu, tekan-tekan hingga debu melekat.
- Angkat kedua tangan lalu tiup telapat tangan untuk menipiskan debu
yang menempel, tetapi tiup ke arah berlainan dari sumber debu tadi.
- Mengusap debu ke tangan kanan lalu ke tangan kiri
Perhatian :
Bersumber dari buku pelajaran anak-anak, jadi dalil-dalilnya tidak ada.
Senin, 20 April 2015
merenungkan kekuasaan allah swt
Merenungkan Tanda-Tanda Kekuasaan Allah
Merenungkan Tanda-Tanda Kekuasaan Allah
Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera-bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan (suburkan) bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; (pada semua itu) sungguh terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal.” (Al-Baqarah: 164)
Ayat ini mengundang manusia berpikir dan merenung tentang sekian banyak hal:
Pertama, berpikir dan merenungkan tentang penciptaan langit dan bumi. Kata [khalq] yang diterjemahkan di atas dengan penciptaan dapat juga berarti pengukuran yang teliti atau pengaturan. Karena itu, di samping makna di atas, ia juga dapat berarti pengaturan sistem kerjanya yang sangat teliti. Yang dimaksud dengan langit adalah benda-benda angkasa seperti matahari, bulan, dan jutaaan gugusan bintang-bintang yang kesemuanya beredar dengan sangat teliti dan teratur.
Kedua, merenungkan pergantian malam dan siang. Yakni perputaran bumi dan porosnya yang melahirkan malam dan siang serta perbedaannya, baik dalam masa maupun dalam panjang serta pendek siang dan malam.
Ketiga, merenungkan tentang bahtera-bahtera yang berlayar di laut, membawa apa yang berguna bagi manusia. Ini mengisyaratkan sarana transportasi, baik yang digunakan masa kini dengan alat-alat canggih maupun masa lampau yang hanya mengandalkan angin dengan segala akibatnya.
Keempat, merenungkan tentang apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, baik yang cair maupun yang membeku. Yakni memperhatikan proses turunnya hujan dalam siklus yang berulang-ulang, bermula dari air laut yang menguap dan berkumpul menjadi awan, menebal, menjadi angin, dan akhirnya turun menjadi hujan, serta memperhatikan pula angin dan fungsinya, yang kesemuanya merupakan kebutuhan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Kelima, berpikir tentang aneka binatang yang diciptakan Allah, baik binatang berakal (manusia) atau pun tidak, menyusui, bertelur, melata dan lain-lain.
Pada semua itu sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang berakal.
Sangat disayangkan, bahkan aneh, walau bukti-bukti itu sudah sedemikian nyata, namun masih ada yang mengingkari wujud dan keesaan Allah.
(Dinukil dari buku Tafsir Misbah, karya Muhammad Quraish Shihab)
Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang, bahtera-bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan (suburkan) bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; (pada semua itu) sungguh terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal.” (Al-Baqarah: 164)
Ayat ini mengundang manusia berpikir dan merenung tentang sekian banyak hal:
Pertama, berpikir dan merenungkan tentang penciptaan langit dan bumi. Kata [khalq] yang diterjemahkan di atas dengan penciptaan dapat juga berarti pengukuran yang teliti atau pengaturan. Karena itu, di samping makna di atas, ia juga dapat berarti pengaturan sistem kerjanya yang sangat teliti. Yang dimaksud dengan langit adalah benda-benda angkasa seperti matahari, bulan, dan jutaaan gugusan bintang-bintang yang kesemuanya beredar dengan sangat teliti dan teratur.
Kedua, merenungkan pergantian malam dan siang. Yakni perputaran bumi dan porosnya yang melahirkan malam dan siang serta perbedaannya, baik dalam masa maupun dalam panjang serta pendek siang dan malam.
Ketiga, merenungkan tentang bahtera-bahtera yang berlayar di laut, membawa apa yang berguna bagi manusia. Ini mengisyaratkan sarana transportasi, baik yang digunakan masa kini dengan alat-alat canggih maupun masa lampau yang hanya mengandalkan angin dengan segala akibatnya.
Keempat, merenungkan tentang apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, baik yang cair maupun yang membeku. Yakni memperhatikan proses turunnya hujan dalam siklus yang berulang-ulang, bermula dari air laut yang menguap dan berkumpul menjadi awan, menebal, menjadi angin, dan akhirnya turun menjadi hujan, serta memperhatikan pula angin dan fungsinya, yang kesemuanya merupakan kebutuhan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.
Kelima, berpikir tentang aneka binatang yang diciptakan Allah, baik binatang berakal (manusia) atau pun tidak, menyusui, bertelur, melata dan lain-lain.
Pada semua itu sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah bagi kaum yang berakal.
Sangat disayangkan, bahkan aneh, walau bukti-bukti itu sudah sedemikian nyata, namun masih ada yang mengingkari wujud dan keesaan Allah.
(Dinukil dari buku Tafsir Misbah, karya Muhammad Quraish Shihab)
Langganan:
Postingan
(
Atom
)