A. Penggunaan Media
Berdasarkan Tempat
Pembelajaran
adalah satu kegiatan belajar mengajar yang melibatkan siswa dan guru dengan
menggunakan berbagai sumber belajar baik dalam situasi kelas maupun di luar
kelas. Dalam arti media yang digunakan untuk pembelajaran tidak
selalu identik dengan situasi kelas dalam pola pengajaran konvensional namun
proses belajar tanpa kehadiran gurupun dan lebih mengandalkan media termasuk
dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya e-learning, pembelajaran individual
dengan CD interaktif, video interaktif dan lain-lain. Berdasarkan tempat
penggunannya, terdapat beberapa teknik penggunaan media pembelajaran, yaitu :
1. Penggunaan media di kelas. Pada teknik ini media dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan
tertentu dan penggunaannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam
situasi kelas. Dalam merencanakan pemenfaatan media tersebut guru harus melihat
tujuan yang akan dicapai, materi pembelajaran yang mendukung tercapainya tujuan
tersebut, serta strategi belajar mengajar yang sesuai untuk mencapai tujuan
tersebut. Media
pembelajaran yang dipilih haruslah sesuai dengan ketiga hal tersebut, ialah
tujuan, materi dan strategi pembelajaran. Yang terpenting dalam hal ini media
tersebut disajikan di ruang kelas dimana guru dan siswa hadir bersama-sama
berinteraksi secara langsung (face to
face). Tentu saja media yang dapat digunakan di kelas adalah yang
memungkinkan dilihat dari sisi biaya, berat dan ukuran, kemampuan siswa dan
guru untuk menggunakannya, dan tidak membahayakan bagi penggunannya. Dalam
kontesk ini media harus praktis, ekonomis, mudah untuk digunakan (user friendly).
2. Penggunaan
media di luar kelas
Seperti yang telah
disinggung di atas, terdapat media yang penggunaannya di luar situasi kelas.
Dalam hal ini media tidak secara langsung dikendalikan oleh guru, namun
digunakan oleh siswa sendiri tanpa instruksi guru atau melalui pengontrolan
oleh orang tua siswa. Penggunaan media pembelajaran di luar situasi kelas dapat
dibedakan dalam dua kelompok utama, yaitu penggunaan media tidak terprogram dan
penggunaan media secara terprogram, simaklah penjelasannya berikut ini.
a. Penggunaan
media tidak terprogram
Penggunaan media
dapat terjadi di masyarakat luas. Hal ini ada kaitannya dengan keberadaan media
massa yang ada dimasyarakat, misalnya televisi, radio, penggunaan film melalui
CD/DVD ROM, penggunaan media ini bersifat bebas yaitu bahwa media itu digunakan
tanpa dikontrol atau diawasi dan tidak terprogram sesuai tuntutan kurikulum
yang diberikan oleh guru atau sekolah. Pembuat media mendistribusikan program
media tersebut di masyarakat, baik dengan cara diperjualbelikan maupun
didistribusikan secara bebas dengan harapan media itu akan digunakan orang dan
cukup efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Pemakai media dalam
menggunakannya menurut kebutuhan masing-masing. Biasanya mereka menggunakannya
secara perorangan. Dalam menggunakan media ini mereka tidak dituntut untuk
mencapai tingkat pemahaman tertentu. Mereka juga tidak diharapkan untuk
memberikan umpan balik kepada siapapun dan juga tidak perlu mengikuti tes atau
ujian. Sehingga penggunaan media didasarkan atas inisiatif sendiri tanpa
disuruh oleh pihak sekolah, medianya pun dapat diperoleh dimana saja, misalnya
di toko buku, supermarket, pameran pendidikan, dan lain-lain. Sebagai contoh jenis
penggunaan media seperti ini ialah :
¡
Penggunaan kaset pelajaran bahasa
Inggris
Kita
dapat menjumpai di toko di sekitar tempat tinggal kita manyak dijual kaset pelajaran
bahasa Inggris yang dibuat untuk melengkapi buku-buku pelajaran bahasa Inggris
tertentu. Orang yang merasa memerlukan program tersebut dapat
membelinya secara bebas. Tidak hanya siswa sekolah tapi juga orang tua atau
masyarakat umum. Menggunakannyapun secara bebas juga, artinya kaset itu dapat
digunakan kapan saja, dimana saja dan untuk kepentingan apa saja semuanya
tergantung kepada pemilik kaset itu sendiri. Tidak ada orang yang ikut
mengaturnya. Hasil yang dicapainyapun tergantung pada orang itu sendiri secar
perorangan. Dalam
istilah media konsep ini disebut media as
a tools, media yang berfungsi sebagai alat untuk mempelajari materi
tertentu.
¡
Penggunaan siaran radio untuk
pendidikan
Pada saat ini
banyak siaran radio atau televisi yang bersifat pendidikan. Program-program itu
disiarkan dengan maksud untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan tertentu.
Misalnya siaran pelajaran bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Indonesia dan
lain-lain. Penggunaan program itu kebanyakan tidak dikontrol oleh penyelenggara
siaran. Program tersebut disiarkan dengan harapan didengarkan dan dimanfaatkan
oleh orang. Dalam hal ini penyelenggara siaran tidak mengatur bagaimana program
itu didengarkan dan dimanfaatkan. Penyelengara siaran juga tidak mengevaluasi
hasil penggunaan program tersebut. Artinya
penyelenggara siaran tidak menilai sampai seberapa jauh pesan yang telah
disampaikan kepada pendengar itu dapat diterima oleh pendengar dan apa
pengaruhnya terhadap kemampuan keterampilan dan sikap pendengar. Penggunaan media
ini bersifat terbuka, siapapun dapat menggunakannya selain siswa juga yang
lainnya.
b. Penggunaan
Media Secara Terprogram
Penggunaan
media secara terprogram adalah bahwa media tersebut digunakan dalam suatu
rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan tertentu
disesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang sedang berlaku. Bila media itu berupa media pembelajaran, sasaran didik (audience) diorganisasikan dengan baik
hingga mereka dapat menggunakan media itu secara teratur, berkesinambungan dan
mengikuti pola belajar mengajar tertentu.
Biasanya siswa
diatur dalam kelompok-kelompok belajar. Setiap kelompok diketuai oleh pimpinan
kelompok dan disupervisi oleh seorang tutor. Sebelum memanfaatkan media, tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dibahas atau ditentukan terlebih dahulu.
Kemudian mereka dapat belajar dari media tersebut secara berkelompok atau
secara perorangan.
Anggota kelompok
diharapkan dapat berinteraksi baik dalam diskusi maupun dalam bekerjasama untuk
memecahkan masalah, memperdalam pemahaman atau penyelesaian tugas-tugas
tertentu. Hasil belajar mereka dievaluasi secara teratur. Untuk keperluan
evaluasi ini pembuat program media perlu menyediakan alat evaluasi tersebut. Pelaksanaan evaluasi
dilatur oleh para tutor menggunakan kunci jawaban yang telah disediakan oleh
pembuat program. Berikut ini beberapa contoh penggunaan media secara
terprogram:
¡
Penggunaan radio di SLTP Terbuka
Penggunaan
radio sebagai media pembelajaran di laksanakan di luar kelas, sesuai dengan
karakteristik SLTP terbuka yaitu sebagian besar belajar menggunakan bahan
berupa modul, belajar di mana saja saat mereka bekerja atau bermain. Tatap muka porsinya hanya sedikit yaitu pada saat di
sekolah induk dan di tempat kegiatan belajar (TKB). Modul-modul yang
diberikan kepada mereka bersifat modul integrated yaitu menggabungkan antara
bahan cetak dengan media berupa kaset, siaran radio, sound slide, video dan
lain-lain. Begitu halnya pada saat siswa menggunakan siaran radio pendidikan,
mereka mendengar dan menyimak siaran radio pendidikan disesuaikan dengan bahan
cetaknya, yang disertai dengan penugasan dan evaluasi belajar, dengan demikian
jelas bahwa penggunaan media siaran radio tersebut terprogram yang disesuaikan
dengan tujuan dan kurikulum.
¡
Penggunaan E-Learning di beberapa
sekolah di Indonesia
E-learning adalah
sistem pembelajaran yang memanfaatkan media elektronik sebagai alat untuk
membantu kegiatan pembelajaran. Sebagian besar berasumsi bahwa elektronik yang
dimaksud di sini lebih diarahkan pada penggunaan teknologi komputer dan
internet. Melalui komputer, siswa dapat belajar secara individual baik secara
terprogram maupun tidak terprogram. Secara tidak terprogram siswa dapat
mengkases berbagai bahan belajar dan informasi di internet menggunakan
fasilitas di internet seperti mesin pencari data (search enggine). Secara bebas siswa dapat mencari bahan dan
informasi sesuai dengan minat masing-masing tanpa adanya intervensi dari
siapapun. Sebagian
besar komputer juga sering dimanfaatkan untuk hiburan seperti bermain games,
namun demikian hal tersebut tidak dapat di hindari sebab penggunaan media
elektronik terutama internet bebas digunakan.
Internet juga
dapat digunakan secara terprogram, salah satunya dengan program e-learning.
Pada program ini sekolah atau pihak penyelenggara menyediakan sebuah situs/web
e-learning yang menyediakan bahan belajar secara lengkap baik yang bersifat
interaktif maupun non interaktif. Kegiatan siswa dalam mengakses bahan belajar
melalui e-lerning dapat dideteksi apa yang mereka pelajari, bagaimana
progresnya, bagaimana kemajuann belajarnya, berapa skor hasil belajarnya dan
lain-lain. Di Indonesia pada umumnya masih bersifat blended e-lerning, yaitu e-learning bukan alat pembelajaran utama
melainkan sebagai bahan dan alat pelengkap dari pembelajaran konvensional.
Pembelajaran dengan kontrol guru di kelas masih tetap dominan, siswa belum
secara totalitas menggunakan internet sebagai sistem pembelajarannya. Internet
baru berfungsi sebagai suplemen dan belum sebagai komplemen atau pengganti PBM
konvensional.
- Variasi Penggunaan Media
Dilihat
dari varisi penggunaannya, media dapat digunakan baik secara perorangan,
kelompok atau siswa dalam jumlah yang sangat banyak (massal).
¡
Media dapat digunakan secara perorangan
Media dapat
digunakan oleh seseorang sendirian saja atau istilahnya individual learning, banyak media yang memang dirancang untuk
digunakan secara perorangan. Media seperti ini biasanya dilengkapi dengan
petunjuk penggunaan yang jelas (manual
book) sehingga orang dapat
menggunakannya secara mendiri. Artinya orang itu tidak bertanya kepada orang
lain tentang bagaimana cara menggunakannya, alat apa yang diperlukan, dan
bagaimana mengetahui bahwa ia telah berhasil dalam belajar. Buku petunjuk itu
biasanya mengandung keterangan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
garis besar isi, urutan cara mempelajarinya, komponen-komponen media itu, alat
yang diperlukan untuk menggunakannya dan alat evaluasi yang biasanya terdiri
dari soal tes. Bila dalam suatu ruangan ada beberapa orang yang belajar
menggunakan media secara perorangan sebaiknya measing-masing menempati tempat
khusus (karel) sehingga tidak
saling menganggu. Karel ialah meja
belajar yang disekat-sekat menjadi bangian kecil yang hanya cukup untuk duduk
seorang. Tiap
karel dilengkapi dengan perlengkapan media seperti tape recorder, proyektor
film bingkai, earphone, layar kecil dan sebagainya.
¡
Media dapat digunakan secara
berkelompok
Pembelajaran
dapat berlangsung dengan jumlah siswa yang cukup banyak (big group) atau bersifat kelompok. Kelompok itu dapat berupa kelompok kecil dengan anggota 2 sampai 8 orang.
Atau berupa kelompok besar yang beranggotakan 9 sampai dengan 40 orang. Media
yang dirancang untuk digunakan secara berkelompok juga memerlukan buku
petunjuk. Buku petunjuk ini biasanya ditujukan kepada pimpinan kelompok tutor
atau guru. Keuntungan belajar menggunakan media secara berkelompok ialah bahwa
kelompok itu dapat melakukan diskusi tentang bahan yang sedang dipelajari.
Diskusi dapat dilakukan baik sebelum maupun sesudah mereka menggunakan media
itu. Media yang digunakan secara berkelompok harus memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu :
a. Suara yang disajikan oleh media itu
harus cukup keras sehingga semua anggota kelompok dapat mendengarnya.
b. Gambar atau tulisan dalam media
tersebut harus cukup besar sehingga dapat dilihat oleh semua anggota kelompok
itu.
c. Perlu alat penyaji yang dapat
memperkeras suara (amlifier) dan
membesarkan gambar (proyektor).
¡
Media yang digunakan secara masal
Orang yang
jumlahnya puluhan, ratusan, bahkan ribuan dapat menggunakan media tersebut
secara bersama-sama. Media yang dirancang seperti ini biasanya disiarkan
melalui pemancar, seperti radio, televisi, atau digunakan dalam ruang yang
besar seperti film 35 mm. Untuk memudahkan orang yang belajar dengan
menggunakan media seperti ini sebaiknya
kepada para peserta diberikan bahan tercetak sebelumnya. Bahan tercetak
tersebut setidaknya harus memuat tujuan pembelajaran yang akan dicapai, garis
besar isi, petunjuk tindak lanjut, dan bahan sumber lain yang dapat dipelajari
untuk memperdalam pemahaman. Bahan cetakan
ini diberikan jauh sebelum saat penggunaan media dilakukan. Dengan
demikian para peserta dapat menyiapkan diri dalam mengikuti program media
tersebut.
Media yang
digunakan secara masal diantaranya televisi edukasi yang disingkat “TVe” yang
diluncurkan oleh Pusat Teknologi Komunikasi (PUSTEKKOM) Depdiknas. TVe
dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan siaran yang bernuansa pendidikan dan
pembelajaran, sehingga program-program yang diluncurkan sarat dengan
pengetahuan, keterampilan serta mendidikan tentang nilai-nilai yang positif.
Media ini bersifat masal karena disiarkan ke seluruh Indonesia seperti halnya
televisi-televisi suasta yang lainnya. Pada jam-jam tertentu siswa dapat
mempelajari berbagai materi pelajaran seperti : Matematika, Fisika, Bahasa
Inggris, Bahasa Indonesia dan lain-lain.
PENGGUNAAN MEDIA GRAFIS
A. BAGAN
Sebelum kita mengetahui bagaimana cara
menggunakan media bagan dalam pembelajaran, alangkah baiknya kalau kita pahami
apa itu bagan. Bagan menurut Nana Sudjana (2005:27) adalah kombinasi
antara media grafis, gambar dan foto yang dirancang untuk memvisualisasikan
secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atau gagasan. Sebagai media
visual, bagan merupakan media yang membantu menyajikan pesan pembelajaran
melalui visualisasi dengan tujuan materi yang kompleks dapat disederhanakan
sehingga siswa mudah untuk mencerna materi tersebut.
Kegunaan bagan adalah untuk menunjukan
hubungan, keterkaitan, perbandingan, jumlah yang relatif, perkembangan
tertentu, proses tertentu mengklasifikasian dan pengorganisasian, untuk lebih
jelasnya, lihatlah contoh bagan di bawah ini:
Contoh bagan
Materi seperti apa yang dapat dibuat dalam bentuk bagan? Sebagai seorang
guru yang kreatif, hendaknya guru mampu mengidentifikasi materi-materi kompleks
yang dapat dibuat bagan sehinga lebih sederhana, diantara materi yang ada di
sekolah dasar yang dapat dibuat bagan diantaranya:
¡
Hubungan
antara MPR, presiden, wakil presiden, dewan perwakilan rakyat, mahkamah agung
dan mentri dalam susunan pemerintahan Republik Indonesia.
¡
Bagaimana
proses terjadinya hujan, yang digambarkan dalam bentuk siklus hujan.
¡
Bagaimana
lahirnya undang-undang
¡
Silsilah
Nabi Muhammad SAW
1. Jenis
– Jenis Bagan
Terdapat
beberapa jenis bagan, diantaranya : bagan pohon, bagan arus, bagan alir, dan
bagan waktu atau bagan tabel.
a. Bagan pohon adalah bagan yang
visualisasinya menggambarkan suatu proses dari bawah atau dasar yang terdiri
dari beberapa akar menuju batang tunggal. Cabang-cabang tersebut menggambarkan
perkembangan serta hubungan. Misalnya bagan silsilah, lihatlah contoh di bawah
ini :
Contoh
bagan pohon
b. Bagan Alir merupakan kebalikan
dari bagan arus. Bagan alir berfungsi untuk mempertunjukan bagaimana berbagai
unsurn penting dikombinasikan sehingga membentuk satu produksi. Bagan alir dapat
digunakan untuk memperlihatkan, saling ketergantungan dari berbagai unsur.
c. Bagan arus merupakan jenis
media bagan yang berfungsi untuk mempertunjukan fungsi, hubungan, dan proses.
Misalnya materi tentang proses kepemimpinan industri, proses penyulingan air
mineral, proses penambangan minyak bumi, proses pembuatan tahu dan sebagainya.
Lihatlah contoh bagan alir berikut ini :
Contoh bagan arus
Bagan Tabel. Bagan tabel tentu
sudah tidak asing lagi bagi kita, bentuk-bentuk penyajian pesan dalam bentuk
tabel merupakan bagian dari bagan tabel. Isi dari bagan tabel yaitu urutan
hubungan yang terdapat pada garis waktu atau tabel.
2. Cara Menggunakan
Bagan dalam Pembelajaran
a. Pemilihan Bagan. Bagan yang akan disajikan di kelas tentu saja harus berkaitan dengan
materi yang akan disampaikan. Guru yang kreatif dapat merancang bagan sendiri
dengan terlebih dahulu menganalisis materi dan mempersiapkannya untuk dibuat
dalam bentuk bagan. Jika hal tersebut tidak memungkinkan guru dapat memanfaatkan
bagan yang sudah ada dengan cara mencari bagan-bagan praktis yang sudah
dibuatkan orang lain yang dijual secara masal. Bagan yang baik haruslah memiliki
kesesuaian dengan materi tidak miss
concept atau tidak terdapat kesalahan-kesalahan konsep, data atau informasi.
Selain itu harus menarik yang ditandai dengan pemilihan warna yang tepat,
harmonis dan tidak terkesan terlalu rame. Informasi yang disajikan dalam bentuk
teks memiliki keterbacaan tinggi (visual
literacy) sehingga dalam jarak agak jauh masih terbaca dengan baik.
b. Mempersiapkan ruang kelas. Sebelum media bagan disajikan guru sebaiknya memperhatikan kondisi kelas.
Apakah kelas cukup cahaya? Karena bagan adalah media visual yang membutuhkan
intensitas cahaya di ruangan yang cukup. Perhatikan juga dimana bagan itu akan
di tempel? Hal ini penting karena tidak mungkin bagan terus dipegang oleh guru
saat guru menerangkan, namun perlu di tempel di dinding. Siapkan dinding yang
kosong mudah untuk menempelkan bagan tersebut dan pastikan posisinya dapat
dilihat dari semua arah.
c. Mempersiapkan siswa. Dalam pembelajaran, siswa dapat didesain dengan berbagai macam pola
pengaturan, termasuk penggunaan bagan. Jika penggunaan bagan untuk siswa dalam
kelompok besar (big group) maka siswa
dipersiapkan dengan cara klasikal dan tidak perlu pengelompokan secara khusus.
Sebaliknya jika siswa perlu dikelompokan makan
siapkanlah terlebih dahulu pola pengatuannya, berdasarkan apa
pengelompokannya, berapa jumlah masing-masing kelompoknya, dan sebagainya
sehingga jika pengaturan ini secara spontan dipikirkan oleh guru pada saat di
kelas akan menyita waktu. Dengan demikian guru perlu
memikirkannya dari awal sebelum pembelajaran dimulai.
d. Mempersiapkan pertanyaan dan penugasan yang mengaktifkan siswa. Hendaklah guru mempersiapkan bentuk penugasan seperti
apa yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dengan
menggunakan bagan tersebut. Bagan tidak berarti sepenuhnya milik guru sebagai
alat bantu untuk menjelaskan materi namun, pelibatan siswa untuk mencari konsep
dan pemahaman secara mendalam melalui interaksi aktif harus pula dipikirkan
oleh guru.
e. Penggunaan saat
pembelajaran berlangsung. Tempatkan bagan sebagai pusat
perhatian siswa, pengalaman belajar yang diperoleh siswa sedapat mungkin di
sajikan melalui bagan, oleh sebab itu pastikan semua siswa dapat melihat secara
jelas dan terlibat secara langsung. Posisi guru berada pada tempat yang
representatif, dengan tatapan mata yang terbagi kesemua penjuru kelas, dengan
antusiasme mengajar guru dapat mengaktifkan siswa untuk belajar.
B. GRAFIK
Secara sederhana
grafik dapat diartikan sebagai media yang memvisualisasikan data-data dalam
bentuk angka. Grafik menggambarkan hubungan satu dua atau lebih data atau
grafik dengan data yang sama menggambarkan hubungan penting dari suatu data.
Tujuan pembuatan grafik adalah menunjukan perbandingan, informasi kualitatif
dengan cepat serta sederhana. Data-data dalam bentuk uraian deskriptif yang
ruwet dann komplek dapat disederhanakan dengan menggunakan grafik.
1. Jenis
grafik
Terdapat beberapa
jenis grafik yang umum digunakan, yaitu : grafik garis, grafik batang, grafik
lingkaran, dan grafik bergambar.
a. Grafik Garis : Berfungsi untuk
melukiskan kecenderungan-kecenderungan atau menghubungkan dua ringkasan data,
Jika ada data yang berkelanjutan maka grafik garis cocok digunakan untuk
memperlihatkan perkembangan keberlanjutannya. Lihatlah contoh grafik garis di bawah
ini.
PEROLEHAN HASILBELAJAR
Contoh Grafik garis
b. Grafik Batang : Grafik batang merupakan grafik yang paling sederhana, mudah untuk dipahami
serta menggambarkan data dalam bentuk batang-batang baik secara vertikal dari
atas ke bawah maupun secara horizontal dari samping. Panjangnya batang
menggambarkan prosentase data, sedangkan lebarnya berukuran sama. Namun demikian data yang dapat
diperbandingkan tidak terlalu banyak maksimal delapan data. Untuk lebih
memperjelas pesan dan perbandingan antar batang diperlukan warna-warna yang berbeda.
PEROLEHAN HASILBELAJAR
Contoh Grafik Batang
c. Grafik Lingkaran : Visualisasi data dibuat dalam bentuk lingkaran. Cocok digunakan apabila
guru akan menggambarkan tentang pecahan angka atau bilangan dalam bentuk
satuan, puluhan, ratusan dan lain-lain. Misalnya pecahan dalam bentuk tengahan,
pertigaan dan perempatan. Lihat contoh berikut ini
PEROLEHAN HASILBELAJAR
Contoh grafik
Lingkaran
2. Penggunaan
Grafik dalam Pembelajaran
o Grafik
divisualisasikan dengan bantuan objek dalam bentuk garis, batang dan gambar.
Menampilkan pesan dala bentuk-bentuk seperti itu mempermudah penyerapan
informasi oleh siswa. Terlebih jika gambar-gambar tersebut sudah dikenali siswa
sebelumnya. Grafik paling baik digunakan oleh dalam pembelajaran pada materi
berupa ringkasan pelajaran setelah siswa memperoleh informasi lain dari
berbagai sumber baik buku atau penjelasan sebelumnya dari guru sendiri.
o Para siswa tidak
akan mengalami kesulitan dalam memahami pesan yang disajikan melalui grafik,
hal tersebut disebabkan karena grafik sendiri bukan sesuatu yang asing bagi
siswa. Mereka sebelumnya mungkin melihat contoh grafik dari majalah, koran
tabliod atau internet. Namun
yang terpenting grafik menggambarkan informasi secara ringkas.
o Memperoleh grafik
sekarang ini bukanlah sesuatu yang sulit. Sekedar mencarikan contoh grafik guru
dengan mudah dapat memperolehnya di majalah, koran, dan internet. Jika grafik
ingin disesuaikan dengan materi, maka dengan mudah guru dapat membuatnya
sendiri. Terdapat beberapa program aplikasi melalui komputer untuk membuat
grafik dengan mudah. Guru tinggal memasukan data, memilih bentuk grafik yang
dikehendaki, memilih warna dan langsung dapat memiliki grafik yang menarik. Misalnya membuat
grafik mellaui program Microsoft Word, Excel dan powerpoint.
C. KOMIK
Komik
dapat didefinisikan sebagai bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan
menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungannya dengan gambar dan
dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca. Pada awalnya komik
diciptakan bukan untuk kegiatan pembelajaran, namun untuk kepentingan hiburan
semata.
Komik
dalam pembelajaran
Begitu maraknya komik di masyarakat dan begitu tingginya kesukaan
akan-akan terhadap komik hal tersebut mengilhami untuk dijadikannya komik
sebagai media pembelajaran. Salah satu kelebihan dari komik seperti penelitian
yang dilakukan Thorndike, diketahui
bahwa anak yang membaca komik lebih banyak misalnya dalam sebulan minimal satu
buah buku komik maka sama dengan membaca buku-buku pelajaran dalam setiap tahunnya, hal ini berdampak pada kemampuan
membaca siswa dan penguasaan kosa kata jauh lebih banyak dari siswa yang tidak
menyukai komik.
Kelebihan
komik yang lainnya adalah penyajiannya mengandung unsur visual dan cerita yang
kuat. Ekspresi yang divisualisasikan membuat pembaca terlibat secara emosional
sehingga membuat pembaca untuk terus membacanya hingga selesai. Hal inilah yang
juga menginspirasi komik yang isinya materi-materi pelajaran. Kecenderungan
yang ada siswa tidak begitu menyukai buku-buku teks apalagi yang tidak disertai
gambar dan ilustrasi yang menarik. Padahal secara emprik siswa cenderung lebih
menyukai buku yang bergambar, yang penuh warna dan divisualisasikan dalam
bentuk realistis maupun kartun. Komik pembelajaran diharapkan mampu
meningkatkan minat siswa untuk membaca sehingga pada akhirnya mampu
meningkatkan hasil belajar siswa.
Contoh
komik pendidikan
D. POSTER
Salah satu
kekuatan yang tampak pada media grafis sebagai media penyampai pesan yaitu
poster. Poster mampu mempengaruhi perilaku, sikap dan tata nilai masyarakat
untuk berubah atau melakukan sesuatu. Hal yang membuat poster memiliki kekuatan
untuk dicerna oleh orang yang melihat karena poster lebih menonjolkan kekuatan
pesan, visual dan warna. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Nana Sudjana
(2005:51) bahwa poster adalah media yang mengkombinasikan antara visual dari
rancangan yang kuat dengan warna serta pesan dengan maksud untuk menangkap
perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti
dalam ingatannya. Namun demikian, di masyarakat poster lebih banyak digunakan
untuk kepentingan propaganda bisnis, promosi, sosial dan penanaman-penanaman
nilai di masyarakat. Misalnya poster yang bertema tentang dilarang merokok,
hindari obat-obatan terlarang, membeli produk dalam negeri, membeli produk
sebuah perusahaan tertentu, gerakan orang tua asuh, gerakan keluarga berencana,
budayakan membayar pajak, dan lain-lain. Dengan visualisasi yang kuat dan
menyentuh, banyak masyarakat yang tergerak hatinya untuk melakukan seperti yang
di informasikan dalam poster.
Kekuatan poster
ini kemudian dimanfaatkan pula untuk kepentingan pembelajaran, banyak
poster-poster yang sengaja di pasang dilingkungan sekolah baik di luar kelas
atau di dalam kelas yang bertujuan agar siswa dapat berperilaku positif,
berdisiplin yang baik, memiliki nilai positif dan memiliki pengetahuan tentang
sesuatu hal. Misalnya : poster tentang cara penanggulangan demam berdarah,
poster tentang gaya hidup bersih, poster tentang menghindari penggunaan obat
terlarang, dan lain-lain.
Poster yang dibuat
untuk pendidikan dan pendidikan pada prinsipnya merupakan gagasan yang
diwujudkan dalam bentuk ilustrasi objek gambar yang disederhanakan yang dibuat
dengan ukuran besar. Tujuannya untuk menarik perhatian, membujuk, memotivasi
atau memperingatkan pada gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu. Poster
perlu didesain dengan memperhatikan perpaduan antara kesederhanaan dengan
dinamika yang ada ditambah dengan warna yang mencolok dan kekontrasan yang
tinggi sehingga mudah terbaca dan menarik perhatian. Secara umum poster mmiliki
kegunaan, yaitu : (1) memotivasi siswa;
dalam hal ini poster dalam pembelajaran sebagai pendorong atau memotivasi
kegiatan belajar siswa. Pesan poster tidak berisi tentang informasi namun
berupa ajakan, renungan, persuasi agar siswa memiliki dorongan yang tinggi
untuk melakukan sesuatu diantaranya belajar, mengerjakan tugas, menjaga
kebersihan, bekerjasama, dan lain-lain. (2)
peringatan; dalam hal ini poster berisi tentang peringatan-peringatan
terhadap suatu pelaksanaan aturan hukum, aturan sekolah atau
peringtan-peringatan tentang sosial, kesehatan bahkan keagamaan. Misalnya
“Buanglah sampah pada tempatnya”, atau “ Kebersihan sebagian dari Iman”,
“Sudahkah Anda shalat sebelum dishalatkan”, dan lain-lain. (3) Pengalaman kreatif. Proses belajar mengajar menuntut
kreatifitas siswa dan guru, pola pembelajaran klasikal yaitu siswa hanya
diberikan informasi dari guru saja, tidak membuat pembelajaran lebih baik dan
kreatif. Melalui poster pembelajaran bisa lebih kreatif, siswa ditugaskan untuk
membuat ide, cerita, karangan dari sebuah poster yang di pajang. Diskusi kelas
akan lebih hidup manakala guru menggunakan alat bantu poster sebagai bahan
diskusi.
Penggunaan Poster
dalam Pembelajaran
Menggunakan poster
untuk pembelajaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
(1) Digunakan sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini
poster digunakan saat guru menerangkan sebuh materi kepada siswa, begitu halnya
siswa dalam mempelajari materi menggunakan poster yang disediakan oleh guru.
Poster yang digunakan ini harus relevan dengan tujuan dan materi. Poster disediakan
guru baik dengan cara membuat sendiri maupun dengan cara membeli / menggunakan
yang sudah ada. Dalam penggunannya poster di pasang di tengah kelas pada saat
dibutuhkan dan di tanggalkan lagi setelah pembelajaran selesai. Misaknya guru
membelajarkan siswa tentang teknik menulis karangan naratif tentang pentingnya
buang sampah pada tempatnya. Kemudia guru memasang sebuah poster tentang akibat
membuang sampah sembarangan. Guru menugaskan siswa untuk mengamati poster
tersebut lalu kemudian siswa diperintahkan untuk membuat karangan berdasarkan
poster tersebut.
(2) Digunakan di luar pembelajaran yang bertujuan untuk memotivasi siswa,
sebagai peringatan, ajakan, propaganda atau ajakan untuk melakukan sesuatu yang
postitif dan penanaman nilai-nilai sosial dan keagamanaan. Dalam hal ini poster
tidak digunakan saat pembelajaran namun di pajang di dalam kelas atau disekitar
sekolah di tempat yang strategis agar terlihat dengan jelas oleh siswa.
Misalnya ajakan untuk rajin menabung, senantiasa membuang sampah pada
tempatnya, mengingatkan untuk melaksanakan ibadah, tidak mencontek, dan
lain-lain. Perbedaan antara poster yang digunakan dalam pembelajaran dan diluar
pembelajaran tidak memiliki perbedaan yang mendasar. Perbedaannya hanya pada
penyimpanan, dan tema-tema yang dipilih, untuk poster pembelajaran biasanya
mengangkat tema-tema yang spesifik sesuai dengan kurikulum, sedangkan poster
untuk pajangan biasanya menggunakajn tema-tema umum dan universal sehingga
tidak lapuk oleh zaman. Kedua jenis poster tersebut jika dilihat dari teknik
dan prinsip-prinsip pembuatannya sama tidak memiliki perbedaan.
E. MEDIA
FOTO
Foto merupakan
salah satu media pembelajaran yang cukup populer dan sudah lama digunakan dalam
pembelajaran. Hal ini karena foto cukup praktis, sederhana, mudah digunakan
tidak membutuhkan alat proyeksi dan tidak membutuhkan peralatan tambahan. Media
foto termasuk kategori gambar diam (still picture) artinya sajian visual dalam
foto tidak bergerak. Foto dapat digunakan untuk pembelajaran secara individual,
kelompok kecil atau juga kelompok besar.
Penggunaan Foto dalam
Pembelajaran
1. Pergunakanlah
foto untuk tujuan-tujuan pembelajaran yang spesifik, yaitu dengan cara memilih
gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti atau pokok-pokok
pembelajaran. Sebab tujuan pokok itu akan mengarahkan siswa kejelasan
materi, keyterlibatan media secara langsung dengan materi dan ketertarikan
siswa terhadap materi pembelajaran semakin tinggi.
2. Memadukan foto
dengan bahan belajar yang lainnya. Bahan belajar yang biasa digunakan siswa
diantaranya buku, modul, makalah, LKS, CD pembelajaran, poster dan lain-lain.
Bahan-bahan tersebut perlu dilengkapi dengan foto yang berisi ibjek realistis,
dengan demikian akan menambah jelas bahan-bahan ajar tersebut, menghindari
persepsi yang beragam, dan menarik minat belajar siswa. Misalnya buku
dilengkapi dengan ilustrasi foto, CD interaktif disisipi foto, begitu juga
pembelajaran langsung (face to face) guru sesekali menunjukan foto yang ada
kaitannya dengan materi yang diajarkan.
3. Pergunakanlah
gambar sesuai kebutuhannya tidak terlalu banyak, namun memiliki relevansi
tinggi dengan materi yang sedang diajarkan.
Jumlah gambar yang sedikit namun terpilih akan lebih baik dari pada
gambar yang banyak tetapi kurang memberikan makna. Ilustrasi foto yang
berlebihan justru akan menganggu konsentrasi dan fokus perhatian siswa akan
terbagi kepada gambar-gambar tersebut. Jadi yang terpenting adalah pemusatan
perhatian pada gagasan utama.
4. Kurangilah
penambahan kata-kata pada ilustrasi foto. Foto sangat penting dalam
mengembangkan kata-kata atau cerita atau gagasan baru. Misalnya pada pelajaran
sejarah, siswa dengan mengamati gambar-gambar candi gaya Jawa Tengah dan Jawa
Timur menjelaskan mengapa bentuknya tidak sama apa ciri-ciri yang membedakan
satu dengan yang lainnya. Gurun pasir misalnya, mungkin tidak begitu dikenali
oleh siswa yang berada didaerah pegunungan tropis, begitu juga dengan istilah
mall tidak akrab di telinga siswa yang berada didaerah terpencil. Dengan
menggunakan foto itulah siswa akan memperoleh kejelasan informasi verbal. Guru
seyogiannya menyadari bahwa dengan mengurangi deskripsi kata-kata atau verbal kepada foto-foto yang
ditunjukannya akan dirasakan manfaatnya terutama bagi para siswa pemula belajar
membaca.
5. Pembelajaran mandiri melalui
fotonovela. Fotonovela adalah pengemasan media foto yang digabungkan dengan
format novel atau cerita. Dalam hal ini foto tidak sajikan untuk menjelaskan
satu materi secara terpisah-pisah seperti halnya pada foto label, namun foto
merupakan bagian dari sebuah alur cerita. Porsi antara cerita dalam bentuk teks
dengan sajian foto lebih banyak sajian foto, teks hanya mempertegas alur
ceritanya saja. Fotonovela dapat digunakan oleh siswa untuk mempelajari sebuah
materi secara individual atau belajar mandiri. Misalnya fotonovela tentang
ciri-ciri mahluk hidup, pencemaran di lingkungan kita, proses pembuatan kertas
daur ulang dan lain-lain.
PENGGUNAAN MEDIA ELEKTRONIK
A. OVERHEAD PROJECTOR
1. Fungsi
OHP
Pada dasarnya Overhead Projector (HP) atau Over
Head Transparancy (OHT) berguna untuk memproyeksikan transparan ke arah layar
yang jaraknya relatip pendek, dengan hasil gambar/tulisan yang cukup
besar. Proyektor
ini direncanakan dibuat untuk dapat digunakan oleh guru di depan kelas dengan
penerangan yang normal, sehingga tetap terjadi komunikasi antara guru dengan
siswa.
OHP/OHT secara umum digunakan
untuk:
a. Pengganti papan tulis dengan
menggunakan pen khusus yang dituliskan pada lembaran transparan/plastik
(acetate) atau gulungan transparan (scroll).
b. Tempat
menunjukkan/memproyeksikan transparan yang telah disiapkan sebelumnya.
c. Tempat menunjukkan bayangan
(silhoutte) suatu benda.
d. Tempat menunjukkan model-model
barang kecil baik dalam bentuk gerak
atau diam.
e. Untuk
mendemonstrasikan suatu percobaan. Contoh : bagaimana gaya magnit bekerja terhadap serbuk
besi.
f. Untuk menunjukkan diagram
aliran suatu sistem tertentu. Contoh : dengan filter khsus dapat ditunjukkan
diagram aliran suatu cairan.
g. Untuk memperlihatkan suatu
sistem tertentu. Contoh : kecepatan membukanya rana pada alat photo/tustel
model S. L. R (single lens reflect).
2. Jenis-jenis OHP
Overhead projector sampai saat
ini ada 2 macam, yaitu :
a. OHP type standard (standar lecture haal type)
b. OHP type portable ( ringan, mudah dibawa)
3. Bagian-bagian Pokok OHP dan
Cara Kerjanya
Saat ini walaupun banyak type
dan merk OHP yang dipergunakan, namun bagian-bagian pokok dari OHP tersebut
pada prinsipnya sama. Di bawah ini akan dijelaskan
bagian pokok dan cara kerja dari OHP.
a. Kepala Proyektor (Proyector Head).
b. Kepala
Projektor adalah suatu bagian yang berisi lensa-lensa objektive dan kaca
pemantul untuk mengarahkan sinar ke arah layar.
c. Pengontrol Focus (Focus Cotrol)
d. Dengan
memutar-mutar bagian ini kepala proyektor akan bergerak naik/turun untuk
memperjelas (memfocus) gambar pada layar).
e. Tempat transparan/benda yang
akan diproyeksikan (projection stage).
f. Lensa fresnel (fresnel lens), yaitu kondensor khusus yang berguna
untuk memusatkan cahaya yang memancar dari lampu ke arah kepala proyeksi.
g. Scroll atau rol penggulung transparan.
¡
Lampu
(projection lamp).
¡
Pemantul
(reflector).
¡
Kipas
pendingin (van).
¡
Rumah/badan
proyektor.
¡ Switch/saklar pengatur untuk menghidupkan dan mematikan
lampu dan motor pada kipas.
Dari bagian-bagian pokok di
atas dapat dijelaskan cara kerja OHP type model stanrd dan model portable,
seperti pada gambar di bawah ini. Posisi / Letak Layar Dengan Ohp. Posisi layar
dan letaknya juga harus diatur, sehingga gambar pada layar tidak miring atau
sebagian mengecil. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur sinar yang
dipancarkan dari proyektor jatuh tegak lurus pada layar. Apabila
penyimpanan proyektor tidak sejajar dengan layar akan menimbulkan distorsi
bayangan. Ada dua kemungkinan distorsi yaitu distorsi horizontal
dan distorsi vertikal. Distorsi vertikal disebabkan penyimpanan proyektor
terlalu tinggi dari layar (distorsi kebawah) atau terlalu ke bawah dari posisi
layar (distorsi ke atas). Sedangkan distorsi horizontal disebabkan oleh penyimpanan
proyektor terlalu ke kiri atau terlalu
ke kanan dari posisi layar.
4. Teknik-Teknik Penyajian
1. Pada waktu penggunaan OHP,
guru dapat melakukannya sambil berdiri. Pada waktu posisi berdiri guru jangan
menutup OHP terhadap layar maupun menghalangi pandangan siswa terhadap layar.
2. Bila switch/saklar kipas
pendinginan dan lampu ditekan, segera sinar OHP menimpa layar. Aturlah posisi
yang sebaik mungkin agar gambar pada layar tidak miring atau kurang
datar/simetris.
3. Pada waktu menjelaskan pada
transparan di OHP, gunakan penunjuk (pointer) atau pensil ke arah bagian-bagian
penting yang sedang disajikan.
4. Bila selesai tiap tahap
penyajian penggunaan OHP dan guru akan menjelaskan lebih lanjut, matikan
terlebih dahulu OHP dan alihkan perhatian siswa dari layar kembali ke guru.
5. Penjelasan lebih lanjut
mengenai hal-hal penting perlu ditekankan pada waktu penyajian. Hal-hal yang
rumit (complex) perlu disajikan dengan menggunakan teknik berlapis (overlay)
atau memakai penutup (masking) dan membukanya
sedikit demi sedikit.
6. Presentasi dengan menggunakan
OHP, untuk membuat penampilan yang lebih menarik.
5. Penggunaan OHP
a. Dengan alat
penunjuk
b. Dengan
menggunakan pensil atau pointer, guru dapat menekankan perhatian siswa pada
hal-hal yang dipentingkan. Penunjuk diletakkan di atas transparansi bukan
layar.
c. Menulis
langsung
d. Menulis di
atas transparan pada waktu menyajikan sangat menarik perhatian bahkan pada
transparan yang telah disiapkan sebelumnya, dapat ditambahkan tulisan, pada
waktu penyajian dengan pen khusus. Pen yang digunakan mempunyai spesipikasi
warna, ukuran ( kecil, sedang dan besar) dan jenis (prmanen dan solubel).
e. Menunjukkan
dengan membuka sedikit demi sedikit
f. Teknik ini
penting untuk mengontrol siswa agar hanya memperhatikan masalah yang disajikan
secara urut, dengan menutup bagian yang belum diproyeksikan.
g. Menjelaskan cara kerja benda
1.
Guru dapat menjelaskan cara kerja benda yang kecil,
diletakkan di atas OHP, sehingga benda kerja tersebut dapat dilihat dengan
jelas bagaimana letak dan kerja benda yang diproyeksikan.
h. Menunjukkan benda dengan ukuran
kecil
i. Dapat juga menjelaskan/ menunjukkan roda gigi yang ukurannya
terlalu kecil, sehingga dapat didemonstrasikan putaran roda gigi.
j. Penyajian
dengan tumpang tindih (Overlay)
k. Konsep ide
yang rumit dapat disederhanakan dengan cara seperti ini. Lembar transparan
pertama yang telah termuat ide dasar. Ide keterangan berikutnya dapat
ditumpangkan pada transparan pertama, sehingga akan memperjelas dari urutan
penyajian tersebut.
l. Menghidupkan dan mematikan
m. Dengan menswitch saklar on-off yang terdapat pada
OHP perhatian siswa akan dapat diarahkan, bila mematikan lampu siswa akan
mengarahkan perhatian kepada guru dan bila lampu dihidupkan kembali perhatian
siswa akan terbawa pada layar.
6. Membuat Overhead Transparansi (OHT)
Dalam
membuat transparan banyak cara yang dipergunakan dari yang sederhana sampai
yang rumit atau memakai alat pembuat/untuk mengkopy transparan yang disebut
“transparan maker” cara pembuatan transparan adalah sebagai berikut:
a.
Langsung pada Transparan (acatate)
Bahan dasar transparan berupa
sejenis plastik tipis yang disebut acetate dijual dipasaran dalam kemasan 100
lembar dengan tebal 2 atau 3 macam yang berbeda. Yang umum dipakai dengan DIN –
A.4, 210 x 297 mm dengan tebal 0,08 mm. Pembuatan langsung pada transparan dapat dikerjakan
2 cara yaitu:
1. Menuls/melukis dengan pen khusus yang berwarna
warni (Transparance pen)
2. Menggunakan set huruf (lettering set) atau sering disebut rugos.
3. Dalam prakteknya dua cara
diatas dikombinasikan atau dipakai secara bersama untuk menghasilkan transparan
yang telah direncanakan terlebih dahulu.
b. Membuat
transparan dengan cara Reproduksi
Yang dimaksud dengan
reproduksi disini adalah memperbanyak dengan gambar/tulisan/isi yang persis
sama. Alat reproduksi yang banyak dipakai adalah mesin foto copy, dan termofax .
Untuk membuat transparan jenis
ini diperlukan persiapan-persiapan sebagai berikut:
1). Membuat lembar asli (original) yang umumnya disebut “Master”
ditulis/diberi ilustrasi dengan alat tulis yang berkadar karbon tinggi,
misalnya tinta cina. Untuk membuat transparan pada bahan asetat biasanya masker
harus dibuat dengan karbon khusus (master
dapat di foto copy).
2). Siapkan mesin pembuat
transparan (transparency copy maker)
. mesin pembuat transparan bentuknya hampir sama dengan mesin di fhoto copy
biasa.
3). Siapkan film pembuat
transparan (tersedia dalam beberapa jenis dan warna). Film ini ada 2 (dua)
macam yaitu:
¡ Film proses panas ada 2 permukaan, yang mengkilap dan
buram. Untuk siap masuk mesin transparan, bagian buram harus ditempelkan langsung
pada gambar/tulisan pada master. Pada produk 3 M biasanya diberi tanda potongan
sudut pada transparannya.
¡
Asetat biasa dengan menggunakan karbon khusus. Master
dibuat pada suatu kertas merupakan tindasan dengan karbon khusus dari
gambar/ilustrasi yang direncanakan. Pemasangan pada mesin, seperti untuk pemasangan
film.
¡ Atur tombol pengatur buat penyinaran (yang
mempengaruhi gelap/terangnya hasil photo
copy; pada umumnya pada kedudukan menengah. Hidupkan mesin/motornya, coba lebih
dahulu dengan guntingan film transparan kecil untuk mengecek hasilnya/kerjanya.
Kalau semua persiapan sudah
dilakukan, berikut adalah langkah membuatnya:
¡ Susun bahan transparan dengan masternya. Master menghadap
ke atas dan bersinggungan langsung dengan bahan. Untuk pembuatan dengan jenis
transparan film, letakan film tersebut dengan yang buram melekat langsung
diatas master.
¡ Masukan kedalam mesin pembuat transparan, pasangan bahan
dan master diatas tertarik masuk kedalam mesin dan akan segera keluar kembali.
¡ Setelah keluar dari mesin, pisahkan antara master dan
transparannya. Untuk transparan jenis bahan biasa, langsung transparan tersebut
siap pakai, tetapi untuk jenis film transparan tranparex (dari agfa gevaert),
langkah ini belum selesai dilanjutkan dengan: Film hasil mesin copy ini dicuci
dalam air dengan mesin khusus transparex dengan segera. Waktu memasukan film,
bagian yang mengkilat menghadap keluar (kebawah). Bila sekali dimasukan
hasilnya kurang bersih, proses ini diulang-ulang 3 atau 4 kali. Bila tetap
belum bersih, proses pada 2) (masuk mesin copy) harus diulang kembali dengan
pengaturan pengaturan (setel dial controlnya) kearah “lighter”/kurang
penyinaran. Bila hasil terlalu tipis (lemah), setel kearah “darker”. Pada
gambar diperlihatkan gambar-gambar dari hasil penyinaran yang terlalu kuat,
yang tepat dan penyinaran yang terlalu lemah. Untuk memudahkan penyimpanan dan
pemakaiannya, hasil transparan diberi bingkai khusus yang dapat disimpan dalam
map tebal (ordner).
- MEDIA AUDIO
Penggunaan
media audio dalam pembelajaran sudah cukup lama dilakukan, hal ini disebabkan
karena dalam komunikasi sehari-hari pemanfaatan audio menjadi bagian penting.
Lihatlah bagaimana orang berkomunikasi melalui telpon, hand phone, radio
siaran, tave recorder, handy talkie dan lain-lain. Media audio dapat diartikan
sebagai bahan pembelajaran yang disajikan dalam bentuk auditif yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi
proses belajar mengajar (Nana Sudjana, 2005:129). Penggunaan media audio untuk
pembelajaran diantaranya :
1. Radio pendidikan. Radio bersifat
penyiaran secara langsung kepada masyarakat luas bahkan sering disebut mass
media, memiliki jangkauan luas, memiliki jadwal siaran tetap. Penggunaan radio
untuk pembelajaran sudah lama digunakan terutama untuk pendidikan jarak jauh
dan pendidikan terbuka misalnya SMP terbuka. Penggunannya adalah pada jam
tertentu yang sudah dijadwalkan informasi baik langsung maupun hasil rekaman
disiarkan melalui radio dan siswa mendengarkannya dengan seksama yang
dilengkapi juga dengan modul. Media ini cukup efektif untuk menjangkau siswa
dengan latar geografis yang tersebar dan sulit terjangkau.
2.
Alat perekam. Alat perekam
sekaligus berfungsi untuk memperdengarkan audio (player) pada umumnya menggunakan tape yang menggunakan bahan pita
magnetik atau kaset audio. Sesuai perkembangan teknologi, saat ini alat perekam
audio sekaligus player menggunakan data dan proses digital, misalnya iPod, MP3
player bahkan handphone yang dilengkapi radio dan audio player. Kedua jenis
player tersebut dapat digunakan untuk pembelajaran. Materi pelajaran terlebih
dahulu disiapkan kemudian direkam dan disajikan baik di kelas classical dengan jumlah siswa banyak
maupun untuk belajar secara mandiri. Materi pelajaran yang dapat disajikan
diantaranya : pembelajaran music literacy (pembacaan sajak), kegiatan
dokumentasi, pembelajaran bahasa asing, dan materi-materi lain yang
memungkinkan untuk disajikan melalui media radio.
3.
Laboratorium bahasa. Laboratorium bahasa
adalah alat untuk melatih siswa mendengarkan dan berbicara dalam bahasa asing
dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang dipersiapkan sebelumnya, media
yang digunakan adalah alat perekam. Dalam laboratorium bahasa, siswa duduk
sendiri-sendiri di dalam kotak bilik akustik dan kotak suara. Siswa mendengar
suara guru yang duduk diruang kontrol lewat hadphone. Pada saat dia menirukan
ucapak guru dia juga mendengarkan suaranya sendiri lewat handsheetnya. Sehingga
dia dapat membandingkan suara gurunya dengan suaranya dan dapat memperbaiki
kesalahannya.
C. MULTIMEDIA PROJECTOR
1. Perangkat Presentasi
Ada berbagai jenis perangkat presentasi
yang kini banyak digunakan untuk pembelajaran, mulai dari OHP, sampai media
yang lebih canggih dari OHP, misalnya visualizer, atau proyektor video, mulai
dari yang berteknologi tabung (CRT -
Cathode Ray Tube) maupun solid state (LCD, DLP, D-ILA, dan LCOS). Meski kini jarang terlihat, toh OHP masih bisa dibilang
memiliki keunggulan, seperti materi presentasi bisa Anda ubah saat itu juga.
Atau, bilamana ada masukkan dari audiens, Anda bisa langsung mencantumkannya ke
bahan presentasi Anda. Hanya sayangnya, OHP masih memerlukan medium berupa
kertas transparan, yang belum tentu bisa menyajikan tampilan visual yang bisa
memukau audiens Anda. Ada kalanya Anda ingin menampilkan bahan-bahan presentasi
dengan mengutip dari sebuah text book, atau dari dokumen-dokumen lama milik
Anda, yang tidak sempat Anda pindahkan ke transparan. Atau, Anda seorang dosen
elektronika dan ingin menampilkan suatu obyek tiga dimensi, misalnya sebuah
printed circuit board (PCB) ke hadapan mahasiswa Anda, namun Anda tidak sempat
memotretnya. Jelas, OHP tidak mungkin
melakukan itu semua. Kemudian, muncul perangkat presentasi yang disebut
visualizer, atau lebih lengkapnya video visualizer document camera. Perangkat
presentasi, yang sebenarnya lebih mirip dengan perangkat imaging capture ini
tidak hanya mampu menampilkan transparansi, tetapi juga dokumen-dokumen kertas,
obyek-obyek 3D, atau film negatif maupun positif sekalipun. Untuk output-nya,
visualizer mampu menampilkan bahan presentasi ke monitor video atau proyektor.
Bahkan, untuk beberapa tipe visualizer dari pabrikan tertentu, fungsi-fungsi
dari visualizer dan proyektor digabung dalam satu perangkat. Sayangnya,
visualizer merupakan perangkat statis, tidak portable, sehingga tidak mudah
dibawa ke mana-mana.
Jika Anda ingi
menjadi guru yang melek teknologi dan dapat menampilkan presentasi lebih
menarik, multimedia projector mungkin menjadi pilihan utama. Dulu, mungkin Anda
sudah akrab dengan proyektor CRT, sebuah perangkat proyektor bertubuh tambun berteknologi
tabung, lengkap dengan tiga lensa di depannya. Sudah barang tentu perangkat
semacam itu tidak mudah untuk dibawa-bawa, karena beratnya saja bisa mencapai
75 kilogram! Biasanya, penempatan proyektor CRT bersifat permanen, misalnya di
ruang-ruang kelas, auditorium maupun di ruang bioskop pribadi. Namun,
perkembangan teknologi, terutama teknologi digital yang terus meningkat,
proyektor pun mengalami sentuhan digital. Kini, hampir sebagian besar pasar
proyektor dikuasai oleh proyektor digital. Mulai dari yang berteknologi LCD (Liquid Crystal Display), DLP (Digital Light Processing), sampai
teknologi terbaru yang kini tengah beranjak populer, LCOS (Liquid Crystal on Single Crystal Silicon). Tidak heran, karena
proyektor digital ini memang bobotnya relatif ringan, dan harganya pun relatif
jauh di bawah proyektor CRT. Untuk melakukan mengajar sudah sangat
memungkinkan guru untuk menggunakan Multimedia Projector atau lebih dikenal
dengan LCD Projector
Gambar
perkembangan multimedia projector
2. Kelebihan
Multimedia Projector
Pertanyaan ini
lebih menekankan mengapa menggunakan istilah
multimedia? Sebab multimedia projector adalah sebuah alat proyeksi yang
mampu menampilkan unsur-unsur media seperti gambar, teks, video, animasi, video
baik secara terpisah maupun gabungan diantara unsur-unsur media tersebut dan
dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya seperti komputer, TV,
Kamera, VCD/DVD Player, Video Player dll. yang dapat digunakan untuk kegiatan
presentasi, pembelajaran, pemutaran film, dll. Multimedia projector dapat
dikoneksikan dengan perangkat media yang lain seperti komputer (PC), Laptop,
VCD?DVD player, kamera, dan lain-lain.
Koneksi dengan berbagai media tersebut sangat
memungkinkan tergantung dari ada atau tidaknya fasilitas sambungan dari
masing-masing media tersebut apakah menggunakan kabel RCA, S-Video, USB,
Pierwire, komputer dll.
Beberapa port
(koneksi kabel) Multimedia Projector
3.
Karakteristik Multimedia Proyektor
Masing-masing
teknologi proyektor memiliki kelebihan dan kekurangannya. Namun, secara umum,
kualitas gambar yang diproyeksikan, apapun teknologinya, sangat tergantung pada
karakteristik resolusi, kecerahan, warna dan contrast ratio-nya.
¡
Resolusi. Resolusi adalah
jumlah pixel yang dapat dihasilkan, yang diekspresikan sebagai resolusi pixel
horizontal dan vertikal. Resolusi “sesungguhnya” dari sebuah proyektor adalah
jumlah pixel maksimum yang dapat diproyeksikannya. Semakin tinggi tingkat
resolusinya, semakin tinggi detil gambar yang dapat ditampilkannya (lihat Tabel
1). Berbicara mengenai tren resolusi proyektor, sebagian besar kini mulai
beralih ke resolusi XGA (1024x768).
Sebelum ada XGA terdapat VGA (480X640),
SVGA (800X600)
¡
Kecerahan. Tingkat kecerahan
(brightness) adalah ukuran luminansi (atau cahaya yang diterima) yang biasanya
diukur dalam satuan ANSI (American National Standard Institute) lumens. Semua
proyektor menggunakan sebuah lampu untuk menciptakan cahaya proyeksi.
Keefisienan desain proyektor sangat menentukan seberapa besar brightness loss
secara internal. Sebuah proyektor berlumens tinggi umumnya berharga lebih
tinggi dibandingkan yang berlumens rendah. Ukuran lumens ini juga sangat
tergantung pada kebutuhan, misalnya. tingkat kecerahan cahaya di dalam suatu
ruang
¡
Warna. Warna adalah ukuran
dari corak dan saturasi cahaya. Sebuah proyektor yang baik harus mampu
mereproduksi secara akurat warna-warna yang dikirim dari sumber. Sebuah
proyektor mencampurkan warna-warna merah, hijau dan biru (atau cyan, magenta,
kuning, dan hitam dalam kasus skema warna CMYK) untuk mereproduksi warna-warna
lainnya.
¡
Contrast Ratio. Contrast ratio
adalah ukuran perbandingan antara warna hitam dan putih. Tingkat contrast ratio
yang tinggi merupakan indikasi mengenai seberapa baik suatu gambar bisa tampil
baik di layar proyeksi, khususnya dalam hal kehalusan detil warna. Biasanya diukur dengan dua metoda, Full On/Off dan ANSI.
Jadi, bila Anda hendak membandingkan contrast ratio dua buah proyektor,
pastikan keduanya menggunakan metoda yang sama. Umumnya, metoda Full On/Off memberikan
nilai contrast ratio yang lebih tinggi dibandingkan ANSI.
Di pasaran kini
banyak dijumpai berbagai jenis proyektor digital dengan berbagai jenis
teknologi dan karakteristik yang sangat bervariasi. Namun, untuk presentasi,
orang kini cenderung memilih proyektor digital, karena selain kualitasnya mampu
menampilkan gambar yang baik, bobotnya pun ringan, sehingga mudah dibawa. Tidak
seperti proyektor CRT yang membutuhkan teknisi trampil untuk men-setting-nya,
proyektor digital relatif sangat mudah dioperasikan. Harganya (meski dirasakan
masih tinggi untuk ukuran kantong), tetapi masih jauh di bawah proyektor CRT.
Bila Anda tetap memutuskan untuk menggunakan OHP, itu sah-sah saja, karena
ujung-ujungnya toh tingkat kebutuhan dan kemampuan fulus Anda juga yang akan
berbicara.
4. Cara Penggunaan
Multimedia Projector
a. Cara
menginstalasi Projector. Dalam menginstalasi prokector sebelum
digunakan, sebaiknya posisi projector dan komputer (atau media lainnya) dalam
keadaan mati, hindari pemasangan komputer pada projector dalam keadaan menyala,
atau juga sebaliknya. Kalau komputer yang lebih dulu menyala, maka sebaiknya
komputer di restart untuk kemudian dipasang dan baru dinyalakan lagi.
b. Pada
saat mematikan projector, dapat menggunakan remote dengan
menekan tombol on/off, ditekan dua kali sehingga muncul pertanyaan turn off your projector? Kemudian tekan,
maka lampu akan mati. Perhatian !! dalam
c.
mencabut saluran
listrik dari projector, lampu projector
harus sudah berwarna merah, yang menunjukan siap untuk dimatikan (standby). Ingat dalam keadaan aktif
lampu indikator dalam projector berwarna hijau. Jangan sekali-kali mencabut
listrik sementara lampu masih menyala atau kipas blower yang ada dalam
projector masih aktif. Kesalahan dalam mematikan projector ini akan berakibat
putusnya lampu projector. Apabila putus, maka lampu dapat diganti dengan
membuka penyimpanan lampu dan digantikan dengan yang baru
d. Kondisi Lensa, Lensa projector
yang berada di depan harus dalam keadaan bersih. Cara membersihkannya dapat
menggunakan bahan spon (kain lembut ) yang
tidak mengandung banyak lemak, hindari sentuhan langsung
dengan tangan tanpa diberi alas, Sebab lemak yang ada di tangan akan menempel
pada lensa, dan akan mengalami kesulitan untuk kembali membersihkan.
e. Tutup Lensa, untuk
menghindari lensa tidak cepat kotor atau
terhindar dari benturan, maka sebaiknya selain dalam keadaan digunakan tutup lensa dalam keadaan tertutup.
Tutup lensa biasanya agak kurang diabaikan sebab ukurannya kecil tetapi
fungsinya cukup tinggi, maka untuk menghindari supaya tutup lensa itu tidak
hilang gunakanlah tali yang menghubungkan antara tutup lensa dengan tali.
f.
Ventilasi.
Pada setiap LCD projector terdapat ventilasi udara yang berfungsi untuk
mengatur sirkulasi udara yang keluar dan masuk. Sirkulasi ini diatur oleh
blower yang ada di dalam LCD. Fungsi Blower ini untuk menstabilkan suhu LCD
supaya tidak panas yang bersumbner dari lampu. Oleh sebab itu, pastikan
ventilasi selalu dalam keadaan bersih dari kotoran atau debu dan juga biarkan
terbuka jangan ditutupi oleh apapun misalnya lakban, solasi dll.
g. Tas LCD,
untuk pengamanan saat membawa LCD, tidak sembarangan menggunakan tas, tetapi
menggunakan tas yang didesain khusus sehingga apabila terjadi benturan kondisi
LCD dapat terjaga, tas yang baik untuk LCD biasanya dilapisi dengan busa yang
agak tebal. Dap[at membuat sendiri atau membeli. Biasanya apabila kita membeli
berikut dengan tasnya secara free.
h. Koneksi Kabel. Membersihkan koneksi
kabel cukup penting untuk menjaga serat kabel agar tidak rusak, selain itu
dalam membuka dan memasang kabel, sebaiknya hati-hati. Kecerobohan dalam
memasang dan membuka kabel berakibat putusnya salah satu serat dalam kebel yang
akan berakibat fatal terhadap tampilan proyeksi.
i. Lipatan Kabel. Pada saat melipat
kabel LCD atau kabel komputer sebaiknya tidak
terlalu menukik atau terlelu berlipat, buatlah lipatan kabel agak besar. Cara
melipat kabel ini akan mempengaruhi kekuatan kabel, jika lipatannya terlalu
kecil maka serat yang ada di dalam kabel tersebut akan cepat rusak bahkan bisa
putus yang berakibat tidak normalnya kondisi LCD Projector
j. Gunakan
UPS/ Stabilizer. Kerusakan LCD Projector pada umumnya sering terjadi
diakibatkan karena mati listrik secara mendadak pada saat projector sedang
bekerja (menyala). Keseringan mati listrik secara mendadak akan mengakibatkan
putusnya lampu dan kerusakan sistem (konsleting).
Untuk
mengatasinya sebaiknya koneksi listrik sebaiknya menggunakan UPS untuk
menyimpan arus listrik sementara, sehingga apabila listrik mati masih sempat
untuk mematikan secara normal.
Di
“Peranan Media LCD Projektor dalam Pembelajaran”
Jumat, 05 September 2014
Dibaca:
1141 kali
Dalam
proses belajar mengajar penggunaan media sangat berpengaruh besar dalam
pencapaian hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
telah digariskan. Untuk itu seorang guru tidak hanya dituntut menguasai bahan
pelajaran tetapi juga terampil menggunakan media dalam proses belajar mengajar
tersebut. Salah satu alasan penggunaan media pembelajaran adalah terkait dengan
manfaat media pembelajaran bagi keberhasilan belajar mengajar di kelas. Media
yang dipergunakan tentunya disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran
itu sendiri, sebab tidak semua media cocok untuk setiap jenis materi pelajaran.
Penggunaan
LCD Proyektor saat ini merupakan hal yang sudah biasa, mengingat tuntutan
pendidikan yang harus lebih canggih dari waktu ke waktu. Tidak hanya berkutat
pada papan tulis dan kapur, serta penyajian materi yang monoton. Manusia harus
lebih kreatif untuk memanfaatkan teknologi yang sudah ada, termasuk LCD
Proyektor ini.
Manfaat Menggunakan LCD Proyektor
dalam sistem belajar
1.
Lebih Efektif dan Efisien
Dengan menggunakan LCD Proyektor, waktu yang digunakan untuk mengajar tidak terbuang sia-sia hanya untuk menulis di papan tulis, dan membuat catatan. Selain itu kualitas visual akan lebih nyaman dengan materi yang dapat terlihat dengan jelas di banding dengan menulis di papan tulis. Hal inilah yang dapat membuat waktu belajar menjadi efektif, dan suasana belajar mejadi efisien
2. Ramah Lingkungan
Karena LCD Proyektor hanya menggunakan tenaga listrik, maka dapat dikatakan sangat ramah lingkungan dari pada menulis di whiteboard dengan spidol, atau menulis di papan tulis dengan kapur. Selain tidak mencemari lingkungan yang akibatnya dapat mengganggu kesehatan.
Dengan menggunakan LCD Proyektor, waktu yang digunakan untuk mengajar tidak terbuang sia-sia hanya untuk menulis di papan tulis, dan membuat catatan. Selain itu kualitas visual akan lebih nyaman dengan materi yang dapat terlihat dengan jelas di banding dengan menulis di papan tulis. Hal inilah yang dapat membuat waktu belajar menjadi efektif, dan suasana belajar mejadi efisien
2. Ramah Lingkungan
Karena LCD Proyektor hanya menggunakan tenaga listrik, maka dapat dikatakan sangat ramah lingkungan dari pada menulis di whiteboard dengan spidol, atau menulis di papan tulis dengan kapur. Selain tidak mencemari lingkungan yang akibatnya dapat mengganggu kesehatan.
3.
Membiasakan peserta didik dengan teknologi
Secara tidak langsung, penggunaan LCD Proyektor dapat mendidik siswa agar lebih mengeluarkan ide-ide kreatifnya dalam penggunaan teknologi. Yang dapat brguna bagi perkembangan dirinya di era modernisasi yang semakin berkembang.
4. Mengikuti Standar
PendidikanSecara tidak langsung, penggunaan LCD Proyektor dapat mendidik siswa agar lebih mengeluarkan ide-ide kreatifnya dalam penggunaan teknologi. Yang dapat brguna bagi perkembangan dirinya di era modernisasi yang semakin berkembang.
Hampir
disetiap sekolah di perkotaan menggunakan media pembelajarn berupa LCD
Proyektor. Lambat laun sistem pembelajaran yang seperti ini akan semakin
berkembang hingga ke sekolah yang letaknya di desa atau pedalaman. Jadi dengan
mengikuti standar pendidikan seperti ini, Maka pendidikn di Indonesia akan
terus berkembang.
Itulah
gambaran singkat kelebihan jika kita menggunakan LCD dalam pembelajaran, akan
tetapi pada realitanya penggunaan LCD Proyektor juga memiliki banyak kekurangan
atau lebih tepatnya dampak penyalahgunaan. Banyak guru malah tergantung dengan
media ini bahkan dijadikan sebagai kambing hitam sehingga mereka malas atau
bahkan tidak mau menuliskan materi di papan tulis khususnya kasus teori
hitungan. Selain materi pelajaran yang berbasis hitungan pun, terdapat
masalah juga pada materi yang tidak menggunakan hitungan, karena materi yang
diberikan oleh guru malah banyak yang berasal dari meng-copy-paste dari suatu
sumber dan tidak mau mengolahnya kembali, sehingga membuat materi yang
ditampilkan terlalu sulit untuk dipelajari siswa.
Harapan
ke depan semoga guru maupun siswa dapat memanfaatkan sebaik-baiknya teknologi
yang sudah banyak tersedia saat ini dalam proses pembelajaran terlebih
penggunaan LCD ini yang efektif dan efisien dalam proses belajar mengajar..